Sepi Bak Kuburan, Mal Legendaris DKI Ini Sekarang Dagang Tisu

Sepi Bak Kuburan, Mal Legendaris DKI Ini Sekarang Dagang Tisu

Beberapa tahun lalu, Glodok City merupakan tujuan utama banyak masyarakat Jabodetabek yang ingin membeli barang elektronik. Namun, hari ini, kondisi pusat perbelanjaan legendaris di DKI Jakarta kian mengkhawatirkan. Glodok City yang dulu sangat ramai kini bak kuburan.

Pantauan CNBC Indonesia di lokasi, sepinya Glodok merata di tiap lantai, utamanya di bagian dalam. Pada lantai 2 terlihat beberapa toko menjual alat kesehatan seperti masker serta tisu. Sementara lantai dasar blok AKS yang berlokasi agak dalam terlihat banyak toko yang tutup, kurang lebih ada 10 toko.

Beberapa pemilik menuliskan kiosnya tengah disewakan. Namun, ada juga yang tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Pengelola yakni Perumda Pasar Jaya UPB Pasar Glodok pun menyegelnya.

“Ditutup Sementara sampai ada penyelesaian administrasi,” tulis Perumda Pasar Jaya pada beberapa kios.

Di beberapa toko lain terlihat Perumda Pasar Jaya baru memberi peringatan tanpa menutupnya lebih dahulu. Ini karena penyewa tidak memenuhi pembayaran service charge hingga Rp 6 juta.

“Kepada Blok A1 lantai 1 AKS 11 pasar Glodok Area 4, apabila dalam waktu 7×24 jam Bapak/Ibu tidak mengindahkan surat himbauan ini maka akan diberikan surat peringatan 1,2,3 dan penutupan sementara,” tulis Pasar Jaya.

Para pedagang pun mengakui bahwa sepinya pasar Glodok sudah terjadi sejak pandemi, kala itu satu per satu penyewa kios pergi. Magis pasar ini sebagai toko elektronik pun kian turun, akibatnya pedagang tidak lagi mengandalkan penjualan langsung.

“Kebanyak online kalau jualan, lebih jalan. Ga ngandelin dari sini karena engga tentu, kadang ga ada yang keluar. kalau sepi ga kejual sama sekali,” sebutnya.

Pantauan CNBC Indonesia, memang tidak banyak calon pembeli yang datang. Jika dibandingkan dengan ITC Roxy yang mayoritas menjual handphone, maka terlihat pasar Glodok lebih sepi. Kebanyakan orang yang ada di tempat ini justru dari pedagang.

“Yang lewat kebanyakan karyawan sama kuli-kuli, sama orang nyebrang, yang parkirnya di atas belanjanya dimana,” kata Agus, karyawan Vero elektronik di lantai dasar pasar Glodok.

Beralih ke mal lain di area Glodok yakni Plaza Orion nampak toko-toko lebih hidup, utamanya di lantai dasar. Namun, hidupnya pasar ini akibat banyaknya pedagang dan karyawan toko, bukan calon pembeli.

Bahkan ketika CNBC Indonesia memasuki area Plaza Orion, para pedagang nampak ‘lebih agresif’ dalam menawarkan dagangannya.

“Cari laptop, speaker atau PS pak,”ujar sekitar 5-6 penjual sekaligus bergantian menawarkan.

Tinggalkan Balasan