OPEC ‘Bikin Onar’, Harga CPO Malah Gas Pol 7 Hari Beruntun!

OPEC 'Bikin Onar', Harga CPO Malah Gas Pol 7 Hari Beruntun!

Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat tajam di sesi awal perdagangan Jumat (07/10/2022). Harga CPO berhasil naik selama tujuh hari beruntun.

Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melonjak 2% ke MYR 3.774/ton pada pukul 08:30 WIB.

Di sepanjang pekan ini, harga CPO melesat 10,48% dan naik tajam 6,58% secara bulanan. Namun, harga CPO masih drop 24% secara tahunan (yoy).

Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat tajam di sesi awal perdagangan Jumat (07/10/2022). Harga CPO berhasil naik selama tujuh hari beruntun.

Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melonjak 2% ke MYR 3.774/ton pada pukul 08:30 WIB.

Di sepanjang pekan ini, harga CPO melesat 10,48% dan naik tajam 6,58% secara bulanan. Namun, harga CPO masih drop 24% secara tahunan (yoy).

Secara teknis, analis komoditas Reuters, Wang Tao menilai bahwa harga CPO masih akan menguji titik resistance di MYR 3.824/ton, jika berhasil maka harga CPO akan naik ke kisaran MYR 3.858-3.919/ton.

CPO 7 Oct

Minyak sawit berjangka Malaysia berakhir naik tajam 1,62% ke MYR 3.701/ton (US$798,49/ton) pada Kamis (6/10) dan menjadi penutupan tertinggi dalam hampir dua pekan, didukung oleh kekhawatiran cuaca basah dan reli harga minyak mentah.

Harga minyak mentah dunia mencatatkan kenaikan selama empat hari beruntun didorong oleh pemotongan produksi oleh OPEC+. Pada Kamis (6/10/2022) harga minyak Brent tercatat US$94,42 per barel, naik 1,12% dibandingkan harga penutupan kemarin. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 0,79% ke US$88,45 per barel.

OPEC 'Bikin Onar', Harga CPO Malah Gas Pol 7 Hari Beruntun!

Mahalnya harga minyak mentah membuat CPO menjadi lebih menarik untuk dijadikan bahan baku biodiesel, sehingga permintaan akan CPO pun ikut meningkat. Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar.

“Harga minyak sawit mungkin didorong oleh permintaan dan diskon,” kata Direktur Konsultan Komoditas Apricus 8 di Kuala Lumpur Marcello Cultrera dikutip Reuters.

“Ekspektasi penurunan produksi minyak sawit Asia Tenggara dari November hingga Februari 2023 karena potensi gangguan cuaca La Nina juga mendukung kontrak,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan