Mantan tawanan pasukan Rusia memberikan kesaksiannya kepada anggota Parlemen AS.
Yuliia Paievska menceritakan pengalaman mengerikannya dipenjara selama berbulan-bulan di wilayah yang diduduki Rusia. Paievska mengungkapkan kebrutalan pasukan Rusia dalam cara mereka memperlakukan orang Ukraina.
Dia mengatakan bahwa pasukan juga sangat kejam terhadap tawanan Ukraina yang ditangkap.
“Ketika penyiksa saya menyarankan saya untuk bunuh diri, saya berkata ‘tidak’, katanya saat berbicara kepada Komisi Keamanan dan Kerjasama AS di Eropa, dikutip Express, Senin (19/9/2022).
“Saya akan melihat apa yang terjadi besok. Saya bertanya-tanya seberapa jauh mereka bisa pergi dalam kegilaan dan kemarahan mereka. Dan kemudian, suatu hari, ketika tampaknya tidak ada harapan, seseorang melihat ke dalam lubang yang dalam dan memanggil nama saya,” tuturnya.
“Ambil barang-barangmu dan keluar,” kata Paievska.
“Beginilah perjalanan saya menuju kebebasan dimulai.”
Paievska adalah seorang paramedis yang misinya, katanya, “menyelamatkan nyawa” di kota barat daya Mariupol.
Dia ditahan di kota barat daya Mariupol pada Maret ketika pasukan Rusia menyerbu wilayah tersebut dan menahannya. Dia menghabiskan tiga bulan pertama di tahanan antara Maret dan Juni.
Dia juga menggambarkan bagaimana pasukan Rusia memukuli seorang tentara Ukraina selama tiga jam sebelum melemparkannya “seperti kaus kaki” ke ruang bawah tanah, sebuah praktik umum di penjara Rusia, katanya.
“Kemudian dalam siksaan neraka ini, satu-satunya hal yang mereka rasakan sebelum kematian adalah pelecehan dan rasa sakit tambahan,” katanya, menambahkan bahwa dia secara pribadi melihat beberapa orang mati di tahanan.
“Tahanan dipaksa untuk menanggalkan pakaian mereka oleh pembunuh mereka sebelum mereka dibunuh perlahan dan dengan pembantaian,” imbuhnya.
Sejak awal perang, pasukan Rusia telah menggunakan pedoman itu, menangkap dan mendeportasi orang Ukraina ke Rusia di mana mereka menderita siksaan.
Liudmyla Denisova, mantan Ombudsman untuk Hak Asasi Manusia di Ukraina, mengatakan pada Maret bahwa 134.000 orang telah diambil dari Mariupol dan 33.000 dideportasi secara paksa.
Di sisi lain, Rusia secara konsisten membantah menargetkan warga sipil dan berkali-kali menolak disebut melakukan kekerasan terhadap tawanan perang.