Jakarta – Arsenal tak mau lebih lama lagi jadi tim medioker. Demi memutus tren buruk, The Gunners tak mau sembarangan merekrut pemain lagi.
Arsenal kesulitan untuk sekadar bersaing di empat besar Premier League dalam enam musim terakhir. Mereka sudah selalu terlempar dari zona Liga Champions dalam periode itu.
Klub London utara ini tengah berusaha bangkit dan menata ulang tim. Penunjukan Edu sebagai direktur teknik pada 2019 menjadi titik reset Arsenal, yang sejak saat itu sudah mencopot Unai Emery dan menunjuk Mikel Arteta untuk memimpin proyek.
Pembangunan ulang Arsenal juga ditandai dengan sejumlah langkah berani melepas pemain-pemain top namun minim kontribusi. Sebut saja Mesut Oezil, Pierre-Emerick Aubameyang, dan Shkodran Mustafi.
Edu menyebut bahwa salah satu hal yang paling krusial untuk diubah di Arsenal sejak ia datang adalah atmosfer dan mentalitas. Saat ia datang, atmosfer di Emirates Stadium begitu santai dan tanpa ambisi.
Itu pula yang melatarbelakangi pembentukan tim sekarang. Edu hanya mau pemain-pemain yang siap berdarah-darah dan tak menoleransi kekalahan.
“Arsenal tak seharusnya membangun tim hanya untuk bertarung demi posisi empat. Klub seukuran kami tak bisa menerima itu. Itulah yang paling menyakitkan saat saya kembali ke sini tiga tahun lalu,” ungkapnya.
“Saya saat itu bertanya ‘Apa yang terjadi? Semuanya merasa nyaman dan mereka oke saja dengan hal itu?’ Well, fu*k you, karena itu bukan mentalitas tim ini. Saya ingin semuanya merasa ‘Brengsek lah, sekarang kami berencana untuk mengejar banyak hal’.”
“Jadi kami perlu sebagai skuad yang karakter yang bilang ‘Saya tidak akan kalah di permainan ini, saya akan membunuh dulu tapi saya tak akan kalah’. Dan musim panas ini rasanya kami sudah menambah poin dengan karakter semacan itu,” tambah mantan gelandang ini.